Martinus, Jakarta, Juli 2005 Ternyata memiliki Martina bukan sekedar membuat bangga, tetapi juga membuat miris. Ia nyaris sempurna seperti seorang peri di bawah matahari.... Ia berkilau. Aku redup. Ia cemerlang. Aku surup. Namun, aku terlalu tinggi hati untuk mengaku. "kamu pergi!" sentakku, sebetulnya untuk menutup malu ketika aku berulang kali gagal dalam pekerjaanku. Sepanjang hidupku, aku t…